Akhirnya sempet baca juga salah satu tag berita ini di "Bahayanya tak Pahami Reaksi Alergi Anak". Saya jadi ingat ketika mengantarkan anak saya berobat ke Dokter. Dalam beberapa kali pemeriksaan untuk pemberian obat, dokter selalu bertanya apakah si anak memiliki riwayat alergi terhadap obat, jika kita tidak mengetahui biasanya akan dicoba sedikit di kulit tangan apakah akan membengkak atau tidak. Ini masih lebih baik, namun ada juga dokter yang langsung memberikan obat tanpa bertanya. Karena beberapa kali saya periksakan anak dengan dokter yang berbeda seperti itu. Jika dokter tidak bertanya, anda bisa saja memberikan informasi bahwa anda tidak mengetahui anak anda alergi atau tidak mohon bisa disesuaikan secara bertahap pemberian obatnya.
Inilah pentingnya jika anda memeriksakan anak, jika diketahui anak anda memeiliki alergi pada satu atau beberapa bahan obat bisa anda catat dan dinformasikan kepada dokter mengenai hal ini. Atau bahkan jika anak anda sejak kecil terlihat seperti alergi, bawa saja test alergi sehingga anda akan mengetahui alegi apa anak anda. Jadi anda mengetahui bahwa anak anda memiliki riwayat alergi, dengan demikian jika ke dokter anda bisa mengatakan bahwa anak anda memiliki riwayat alergi kemungkinan alergi terhadap obat juga bisa terjadi.
Salah satu test alergi adalah dengan test alergi kulit yang biasa disebut puncture testing atau prick testing dengan bahasa yang mudah adalah Skin Testing for Skin Alergy. Bahan alergen ini juga termasuk didalamnya bahan-bahan obatan yang bisa anda masukkan. Jenisnya biasa lebih banyak masuk ke dalam Antibiotik, namun tidak menutup kemungkinan juga terhadap jenis obat yang lain.
Berkaitan dengan berita Andhika, ternyata informasi yang diberikan juga sama, berikut isinya:
Alergi memiliki banyak pemicu dengan reaksi yang kerap tak diketahui sebelumnya. Reaksi ini juga memiliki tingkat keparahan yang tidak sama antar penderita.
Salah satu pemicu alergi adalah obat bius atau anestesi. Walaupun jarang terjadi, alergi ini memiliki reaksi yang fatal. "Tiap negara berbeda, ada yang satu kasus dalam 10 ribu atau satu dalam 100 ribu. Alergi anestesi kerap tidak ketahuan dan akibatnya sangat berbahaya," kata dokter spesialis anak, Widodo Judarwanto, Senin (14/10/2013) di Jakarta.
Hal ini mengingatkan pada kasus meninggalnya Andhika Oemar Faruh (13) Sabtu (5/10/2013) lalu di Semarang. Korban yang akan menjalani operasi pengangkatan amandel ini diduga mengalami reaksi seketika (anafilaktik) berat, akibat obat anestesi yang disuntikkan. Reaksi ini mengakibatkan kondisi korban terus menurun hingga akhirnya meninggal. Dalam kasus ini orangtua korban mengaku tak tahu alergi yang dimiliki sang anak.
Menanggapi kasus ini, Widodo mengimbau para orangtua untuk memahami dan mewaspadai reaksi alergi yang dialami anak-anak. Informasi mengenai reaksi alergi juga harus disampaikan saat berkonsultasi dengan dokter.
Pembengkakan amandel misalnya, jelas Widodo, merupakan reaksi tubuh pada infeksi kuman yang masuk. Kondisi ini rentan terjadi pada anak penderita alergi. Kondisi ini juga merupakan tanda buruknya ketahanan tubuh anak. Seringnya kuman menginfeksi dan menyebabkan sakit mengakibatkan kelenjar pertahanan tersebut membengkak dan tidak mengempis kembali.
"Kalau sudah kena amandel waspadalah pada alergi. Ingat reaksi alergi kerap tidak ketahuan sebelum akhirnya terjadi. Sementara pemicu sangat beragam, tidak hanya pada makanan atau udara tapi juga obat anestesi," terang Widodo.
Orangtua, kata Widodo, umumnya menganggap reaksi alergi berupa gatal dan kulit kemerahan. Padahal bengkak dan sakit berulang juga merupakan reaksi alergi. Pada penderita amandel, kondisi ini terwujud dalam riwayat sakit panas, batuk, dan pilek yang berulang kali terjadi dalam rentang waktu sebentar.
"Bila keadaan ini terjadi, sebaiknya katakan saja reaksi alergi yang dialami anak. Sehingga dokter punya gambaran ketika mengambil tindakan," kata Widodo.
Jika orangtua tidak mengungkapkan reaksi alergi yang dialami anak, maka dokter tidak memiliki gambaran apapun ketika mengambil tindakan termasuk untuk anestesi. Akibatnya, tindakan akan dilakukan sesuai prosedur yang ada, tanpa pertimbangan munculnya reaksi alergi.
Info tentang reaksi alergi misalnya menjadi pertimbangan dokter memberi obat secara bertahap untuk melihat respon tubuh. Biasanya untuk obat anestesi akan diberikan sedikit demi sedikit, melalui proses pengenceran melalui cairan infus. Ada juga yang diberikan melalui obat minum yang dikonsumsi bertahap.
"Upaya ini merupakan pencegahan jangan sampai reaksi alergi mengancam nyawa anak. Memang tidak selalu menunjukkan hasil positif, karena belum tentu obat anestesi menjadi pemicunya," tandas Widodo.
Sumber: Tribun Kaltim di Hal: http://kaltim.tribunnews.com/2013/10/15/bahayanya-tak-pahami-reaksi-alergi-anak
Untuk usaha kejadian ini, maka anda bisa melakukan beberapa hal secara sistematis sebagai berikut:
- Jika salah satu atau kedua orang tua memiliki alergi, maka anak akan lebih rentan memiliki alergi.
- Kondisi anak yang menurun bisa menjadikan anak menderita alergi.
- Lakukan test untuk setiap pemberian bahan obatan yang mungkin bisa menjadi bahan alergen.
- Informasikan setiap riwayat alergi kepada dokter sebelum melakukan tindakan.
- Alergi yang umum adalah pembengkakan, dengan Skin Testing Alergy anda juga bisa mengetahui tingkat alergi.
- Informasi lebih penting untuk disampaikan, jangan dianggap informasi lalu, mencatatnya adalah rekomendasi yang terbaik.
Dengan informasi di atas semoga anda bisa lebih memahami pentingnya informasi Alergi Penanganan Pengobatan Perawatan. Semoga informasi diatas bisa bermanfaat. Salam.
Sumber Gambar: 123rf.com
Ref. Info: Tribun Kaltim.co
alergi pada anak dapat berakibat fatal, simak juga ya info di blog saya www.goocap.com
BalasHapus