Senin

Mencari Profesionalitas, Kompetensi, Sertifikasi, Kecocokan dan Ketepatan

Pendidikan merupakan hal mendasar yang dibutuhkan setiap manusia, walaupun cakupannya cukup luas karena pendidikan saat ini tidak hanya pada lembaga formal dan lembaga informal namun juga pada aspek kehidupan sehari-hari seperti yang kita pernah dengar ada yang namanya pendidikan dalam keluarga. Namun yang selalu menjadi kebutuhan utama pada banyak manusia adalah pendidikan dari lembaga formal seperti sekolah. Sebagai kebutuhan sekunder adalah lembaga non formal seperti tempat kursus dan bimbingan belajar.

Pada posisi tertentu, banyak yang menjadi pertanyaan. Manakah pendidikan tersebut yang sebenarnya berguna dimasa mendatang atau bisa menjadi penopang kehidupan dimasa mendatang yang menjadi akhir sebuah tujuan pendidikan. Pertanyaan yang begitu sulit untuk menemukan jawaban yang pasti karena begitu banyak pendapat juga tentang hal ini. Apalagi ditambah dengan semakin berkembang ilmu dalam pendidikan.

hari-guru-indonesia
Ilustrasi: Dok (123RF)

Akhirnya banyak hal ditempuh untuk memberikan nilai terbaik pada pendidikan. Maka dicarilah sosok pendidik yang profesional, berkompetensi, bahkan memiliki sertifikat untuk bukti kompetensi yang dimiliki. Ternyata itu semua belum tentu bisa memberikan progres untuk nilai pendidikan. Sebenarnya ada nilai dari sisi kemanusiaan yang bisa melengkapi ketiga hal yang telah disebutkan. Sebuah kecocokan dan ketepatan dalam mendidik juga bisa mempengaruhi hasil sebuah proses pendidikan. Hal ini dikarenakan setiap manusia memiliki karakteristik yang berbeda.

Dalam satu kelompok proses pendidikan, jika ada satu, dua atau tiga bahkan lebih individu yang tidak mendapatkan nilai pendidikan mungkin bukan salah individu tersebut. Bisa jadi ada nilai kecocokan pendidik dengan individunya atau ketepatan cara dan metode pendidikan yang diberikan. Maka anda bisa melihat dengan bermunculannya lembaga non formal bimbingan belajar. terkadang anak yang memiliki nilai pendidikan pada lembaga formal bisa menjadi baik ketika mendapatkan proses pendidikan di lembaga nonformal. Apa yang salah ya? Silahkan saja anda renungkan.

memang tidak salah mencari Profesionalitas, Kompetensi dan Sertifikasi. Tapi jangan lupa berikan Kecocokan dan Ketepatan pada sisi manusia. Anak kecil saja bisa memilih untuk bermain, dengan bundanya atau ayahnya.

Pernahkah anda mendengar kata-kata "Setelah anak saya les di blablabla, sekarang nilainya jadi lebih baik." Mungkin nilai inilah yang ada pada tempat kursusnya. benar atau tidak tergantung anda yang menilainya.

Bahkan teman saya pernah bercerita, memiliki tetangga, yang hanya bersekolah hanya sampai tingkat SLTP, tetapi mengapa hidupnya menjadi lebih nyaman. Sampai teman saya berkata, penghasilannya melebihi sarjana. Ternyata pengalaman bisa menjadi pendidik yang terbaik, jika kita bisa mengambil hikmah.

Tulisan agak ngasal, tapi bisa jadi benar.
Selamat Hari Guru Indonesia25 Nopember 2012Untuk Istriku Tercinta dan Guru Bangsa di Seluruh Indonesia
Berikan yang Terbaik Untuk Bangsa
Jika anda memiliki anak, ternyata terlihat lebih rendah (maaf, bodoh) belum tentu anak anda bodoh. Cari hal yang cock dan tepat untuknya. Anda orangtuanya, tentunya anda akan lebih tau.

Happy Blogging semua.....

Tag:
Hari Guru Indonesia Kompetensi Guru Sertifikasi Guru Bimbingan Belajar Lembaga Kursus Pendidikan Pendidikan Anak Pendidikan Guru Pendidikan Formal

11 komentar:

  1. mencerahkan..
    pendidikan formal bagi saya sebagai modal, sebab berpengaruh ke pola pikir, krena pada prakteknya sering tidak kita terapkan dalam pekrjaan, dan benar skli ada teman sya hanya tamatan SD sekarang sukses luar biasa...sukses buat para guru, smoga smakin profesional dan berkompeten

    BalasHapus
  2. Selamat hari guru semoga guru-guru di Indonesia semakin sukses dan semakin maju dalam memberikan ilmu kepada anak didik :)

    BalasHapus
  3. memang formalitas hanya sebatas pandangan mata, sedang esensinya -pengalaman- itu yang lebih berperan.

    BalasHapus
  4. wah iklannya nutupi artikel...agak sulit menelusuri bacaan atau apa harus diklik dulu iklannya?..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf, kami pikir iklannya tidak menutupi artikel. hanya saja jaraknya memang sangat dekat, dan ini sedang dicari solusinya. Terima kasih ats kunjungannya.

      Hapus
  5. mencerahkan.....bagus artikelnya..
    salama dari pati
    www.pspati.org

    BalasHapus
  6. Sekarang yang diharapkan adalah nilai dalam wujud nominal angka, sementara nilai yang berkaitan dengan etika dan estetika kurang mendaptkan perhatian.

    BalasHapus
  7. wah setuju. Dulu saya di sekolah tertentu saya merasa bodoh dibanding di sekolah yg lain. banyak faktor, bisa jadi temen2nya yg kurnag pinter semua, jadi gak ada saingan. Kalo di sekolah yg murid2nya pinter, akan memacu anak untuk belajar gia biar gak malu kalo nilainya jelek..

    BalasHapus
  8. memang kepintaran itu macem2, tidak hanya masalah itung2an, bahasa, olahraga, seni, dan seterusnya...bekal kepintaran juga tidak melulu dari pendidikan formal, ilmu bisa dari mana saja...

    BalasHapus
  9. sistem pendidikan kita memang harus lebih di gojlok lagi, biar menciptakan para lulusan yang berkualitas nanti nya.

    BalasHapus

PERHATIAN !!!!

Berkomentarlah sesuai dengan artikel yang dibaca.

Berkomentarlah untuk memberikan pendapat yang bisa digunakan untuk membangun blog ini menjadi lebih baik.

Jangan Tinggal link hidup di dalam komentar!!!

Jangan promo barang (jika referensi pengetahuan silahkan), berbau judi dan sara.